Sunday, July 26, 2009

KISAH TERINDAH DALAM HIDUPKU

Blog ini berisi kisah cinta dan juga perasaan cinta antara aku dan istri tercinta, selagi berpacaran dan juga setelah menikah dan sekarang kami sudah mempunyai anak anak yang cantik cantik dan juga tampan. Dua cowok dan dua cewek, itulah hasil perkawinan kami.
Kadang kalau saya dan istri bercerita masa lalu, terkadang saya ingin hadir di dalam masa mudanya. Saya begitu tertarik mendengar masa lalunya. Ia pasti cantik. Bahkan lebih cantik dari ketika aku mengenalnya pertama sekali. Tapi Tuhan memang tidak berniat untuk mempertemukan kami sebelum waktu yang ditakdirkan. Aku bertemu Len beberapa bulan sebelum aku mengajaknya untuk menikah. Aku mengajaknya untuk menikah beberapa bulan setelah aku mencium pipinya. Tapi selagi berpacaranpun aku sudah merasa bahwa ia merupakan wanita yang istimewa dalam hidupku. Tapi saat itu aku tak mengerti akan semua kata hati yang bergelut di benakku. Aku tak mengerti bahwa dia adalah calon ibu dari anak anakku. Sungguh aku tidak bisa membaca jodoh yang ada di depan pelupuk mataku. Masih kuingat ketika pertama kali kami bertemu, saya bahkan berbohong menyebut namaku. Kukatakan bahwa namaku adalah: Anwar Asghara. Padahal namaku sebenarnya bukanlah itu. Sebuah kebohongan besar yang terucap dari bibirku pada calon istriku. Tapi begitulah namanya takdir. Semua itu terjadi karena ketidak mengertian akan jodoh. Pada saat itu Tuhan belum mengizinkanku untuk mengetahui bahwa padanyalah nanti kuserahkan anak keturunanku.
Masa terus berlalu. Kini kami tetap akur dan mudah mudahan akan akur di dunia dan sesudahnya. Kadang kalau aku bercerita masa lalu, aku merasa bahwa kami terlalu lama untuk dipertemukan Tuhan. Kadang juga aku ingin hadir di dalam hidupnya ketika ia baru menginjak dewasa. Tapi saat aku memikirkannya, terkadang aku merasa terlalu egois. Seakan aku ingin memborong jalan hidupnya dari awal sampai akhir. Tapi aku sering sadar, bahwa pertemuan kami yang terjadi cepat atau lambat, mengertinya aku dan dia bahwa kami saling memilikipun setelah terjadinya hubungan cinta, maksud saya bukan tiba tiba
langsung bicara perkawinan, adalah jalan terbaik yang ditentukan Tuhan untuk kami.
Kisah antara aku dan istriku merupakan kisah terindah dalam hidupku. Sebab itulah sebenarnya blog ini tercipta.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Saturday, July 25, 2009

BLOG MY LOVE IS MY WIFE

Blog ini berisikan kisah cinta saya dan kekasih saya yang berujung pada pernikahan.
Chapter 1-40: berisi kisah cinta sebelum menikah.
Chapter 40-45: berisi cinta istri pada saya, cinta saya pada istri dan duri duri masa lalu.
41. Demi keutuhan.
42. Perjalanan berduri.
43. Karena aku mencintai Len.
44. Crying of my wife.
45. Because she loves you.

Terima kasih telah berkunjung ke halaman saya.

Ingin dapatkan buku pengalaman haji, klik gambar di bawah ini:

BECAUSE SHE LOVES YOU (45)

Ketika Pak Tua datang padaku pada keesokan harinya, saya menceritakan semua kejadian semalam padanya. Kukatakan bahwa ia telah lupa jangan memanggil perempuan bernama Mery itu ke tempat saya. Itu hanya akan membuat istri saya cemberut dan membeciku. Ketika kukatakan, ia langsung tersadar bahwa ia telah lupa. Pak Tua merasa malu sekali karena telah melakukan kesalahan yang membuat istriku menangis.
Saya juga menceritakan pada Pak Tua bahwa saya dan istri saya pernah melintas dari depan rumah Tia. Secara tak sadar mataku menatap rumah Tia. Ya ampun. Istriku menuduh bahwa saya masih menyukai Tia. Benar benar aku dihajar istriku dengan masa laluku. Sejak saat itu, setiap melintas dari depan rumah Tia, saya selalu seperti menopang wajahku agar tidak melihat ke arah rumah Tia lagi. Agar tidak dituduh lagi masih memikirkan Tia. Saya selalu mengingat setiap melintas dari rumah Tia. Saya bukan mengingat Tia, tapi mengingat saya akan disindir bila terlanjur memandang rumah Tia. Kalau soal Tia, dia sudah lama kulupakan. Kalau saja aku menyukainya, aku yakin akan sangat mudah mendapatkannya. Tapi aku hanya mencintai LEN. Aku tak punya cinta untuk dibagi pada yang lain. Aku hanya bisa memilih LEN. Apapun yang akan terjadi.
Lalu setelah mendengarkan cerita mengenai istriku yang jadi menangis karena Mery, dan juga terpaksa menopang wajah agar jangan dituduh yang bukan bukan, akhirnya pak tua hanya mengatakan, 'Dont be sad. She does like that because she loves you'.
Saya menyadari. Saya mengakui, saya hanya tersenyum karena kata kata Pak Tua. Sayapun mengatakan pada istriku, kita sudah menjelang usia tua. Tanggung jawab terhadap anak anak sudah di depan mata. Janganlah saling curiga. Aku mencintaimu sepenuhnya. Aku menyayangi keluarga kita sepenuhnya. Aku tidak ingin terus terusan terbelenggu kecurigaan. Andainya aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenal mereka semua. Karena aku menyadari hidupku hanya untukmu.
Jawaban Pak Tua dalam Bahasa Indonesia:
Jangan bersedih, dia berlaku begitu karena ia mencintaimu.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

CRYING OF MY WIFE (44)

14 tahun setelah terjadinya perkawinanku dengan LEN, tak ada masalah pertengkaran yang berarti antara aku dan istriku. Tapi tiba tiba temanku yang juga merangkap familyku yang sering kupanggil Pak Tua datang ke tempatku. Ia mengatakan ada temannya yang fasih berbahasa Inggeris. Pak tua sangat senang berlatih Bahasa Inggeris dengannya. Mulanya saya tidak menduga siapa siapa. Tapi setelah ia bilang namanya Mery dan tinggal di Jerman, saya langsung mengatakan bahwa dia pasti Mery mantan pacarku. Kuceritakan bahwa aku pernah mempermalukan Mery demi cintaku pada LEN ketika kami masih berpacaran. Kuceritakan lagi bahwa LEN tidak mengizinkan aku berurusan dengan Mery dengan masalah apapun juga. Sehingga aku pernah mengatakan agar Mery jangan lagi pernah menemuiku. Tapi rupanya beberapa hari yang lalu, Pak Tua lupa dengan ceritaku. Suatu hari karena Mery masih liburan di kota saya, Mery melintas di depan tempat usahaku. Lalu karena Pak Tua terlupa dengan ceritaku, ia langsung memanggil Mery. Mulanya saya merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Sebab aku tahu istriku akan merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Tapi kuyakinkan diriku bahwa istriku sudah melupakan masalah Mery. Lalu karena Mery sudah di depanku, aku hanya menanyakan apakah ia sehat, sudah berapa anaknya? Ia mengatakan bahwa ia belum dikaruniai anak. Kukatakan semoga ia akan cepat mendapat keturunan. Tapi biarpun hanya dengan pembicaraan yang sedikit ini, istriku tidak menerima kejadian ini. Len menangis ketika sudah sampai di rumah pada malam harinya. Aku sudah meyakinkan bahwa aku hanya mencintai LEN. Aku menceritakan lagi pada istriku bahwa aku pernah mempermalukan Mery, aku pernah mengusirnya, tak cukupkah itu menandakan cintaku. Kuyakinkan LEN dengan sepenuh harap. Aku tidak akan melepaskan cintaku pada LEN. berbagai macam cara kubuat agar aman. Akupun tak tahan melihat bila istriku menangis. Padahal aku hanya bicara tiga kalimat. Sungguh saat itu membuat aku tak tahu meyakinkannya. Lalu kuterangkan bahwa bukan aku yang memanggil Mery. Tapi Pak Tua. Kenapa aku yang salah. Lama juga untuk meyakinkannya. Tapi aku bersabar karena ia hanya salah mengerti. Kuterangkan sejelas mungkin bahwa aku tidak menyukai siapapun. Kukatakan padanya aku hanya mencintainya. Aku hanya mencintai LEN. Barulah perlahan lahan ia tak menangis lagi.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Friday, July 24, 2009

KARENA AKU MENCINTAI LEN (43)

Belum sampai dua bulan setelah perkawinanku dengan LEN, ternyata ibu Tia semakin berani mengincar kami. Ia semakin berani menemui istriku. Ini merupakan salah satu yang aku takutkan dalam meyakinkan istriku. Tapi syukurlah, akhirnya Tuhan memberi keberanian pada istriku untuk mengusir ibu Tia. Akupun tak tahu hal ini. Aku tahu karena istriku menceritakan kalau ia telah mengusir ibu Tia. Tak tahu sejauh mana pembicaraan mereka. Aku hanya diberi tahu bahwa istriku telah mengusir ibu Tia. Kalau bukan dia yang mengusirnya, bagaimana mungkin aku sampai hati. Memang aku tidak suka pada Tia. Tapi tak mungkin aku mampu mengusir ibunya. Sukurlah istriku bisa menyelamatkan rumah tangga kami dari jurang kecurigaan yang bisa saja akan melahirkan rasa tidak nyaman di antara kami.
Beberapa bulan kemudian, ibu Tia juga pernah menemuiku di tempat usahaku. Mungkin ia telah berusaha agar istriku tidak mengetahui bahwa ia menemuiku. Karena sudah pasti ibu Tia takut pada istriku. Bukan karena istriku galak. Tapi karena kedatangan ibu Tia hanya ingin menghancurkan rumah tanggaku dengan LEN. Itulah sebabnya ia takut bertemu istriku.
Di kedatangan ibu Tia ini, ia hanya mengatakan bahwa Tia sudah dilamar seseorang. Ia datang ingin menanya apakah saya setuju. Saat itu aku jadi heran. Kenapa harus aku yang menjawab. Tapi kuhargai kedatangannya sebagai orang tua. Kukatakan bahwa Tia lebih baik menerima lamaran itu. Wajah ibu Tia jadi merah padam mendengar jawabanku. Mungkin ia tidak menginginkan jawaban itu. Tapi aku tidak akan berkhianat pada istriku. Akhirnya ibu Tia pergi dengan rasa malu yang amat sangat. Seminggu kemudian ia datang lagi untuk mengantarkan undangan pernikahan Tia. Juga tanpa setahu istriku. Memang benar benar membuatku pusing semua ini. Seandainya aku boleh memilih, aku lebih baik tak pernah bertemu Tia pada masa laluku, tak pernah berpacaran dengan Tia, dari pada harus menerima tamu yang selalu siap memporak porandakan rumah tanggaku. Begitu ibu Tia pergi, itulah terakhir kali aku melihat wajahnya. Kartu undangan yang ia berikan, kubuang seketika itu. Aku takut bila istriku akan bersedih lagi bila mengetahui hal ini. Karena aku hanya mencintai dan menyayangi LEN istriku. Aku tidak pergi ke pesta Tia dan tak pernah ingin menceritakan hal ini.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

PERJALANAN BERDURI (42)

Setelah menempuh menempuh hidup baru dengan LEN. Rupanya masa laluku masih terus saja mengganggu rumah tangga kami. Kalau yang lebih dulu Mery yang tertuduh akan mengganggu, hari berikutnya datang lagi masalah Tia. Aku sudah beristri. Aku sudah menikah dengan LEN. Mery tahu akan hal ini, begitu juga dengan Tia. Tapi mereka masih datang untuk mencoba mendapatkanku. Mencoba merenggutku dari tangan LEN. Tapi aku menolak walau untuk bertemu. Aku tidak siap lagi untuk bertemu mereka dengan alasan apapun. Tapi orang tua Tia ternyata orang yang tak mau kalah. Dia masih saja berusaha untuk menemuiku. Sampai sampai aku curiga bahwa ia telah punya maksud jahat terhadap aku dan LEN. Tapi ia sebagai orang tua, tak mungkin kuusir kalau ia datang. Entah berapa kali ia datang. Bahkan temanku Ilhampun sempat dilibatkannya pada suatu hari. Saya sendiri tak mengerti mengapa Ilham berani bermaksud untuk mempertemukan aku dengan Tia. Barangkali Ilham juga sudah bermaksud memecah hubunganku dengan LEN. Tapi aku sadar. Len adalah istriku. Len adalah orang yang direstui ayah dan ibuku sebagai istriku. Len adalah orang yang kusayangi. Jadi aku tak mau bertemu dengan Tia bagaimanapun juga. Pertemuanku dengannya sebelum aku menikahi LEN kutekadkan sebagai pertemuanku terakhir dengannya.
Dalam pada ini LEN hampir saja tersinggung. Ia malah menyuruhku untuk menemui Tia yang sudah menunggu di belakang salah satu tempat usaha kami. Tapi aku tahu ia menyuruhku karena sudah benci melihat suasana ini. Kenapa ia harus dapatkan laki laki seperti aku. Tapi aku mengerti dengan kesebalan hatinya. Aku jadi disindir istriku sendiri. Temanku Ilhampun kena marahi. Tapi aku tak menyalahkan LEN. Aku tahu ia sangat mencintaiku. Aku hanya berpikir seandainya aku tak mengenal Tia, mungkin ini tidak akan terjadi. Tapi tuhan telah menggariskan demikian. Aku hanya mengalah. Sebab aku mengerti perasaan istriku. Aku hanya memohon pada yang kuasa, semoga berakhirlah perjalanan berduri dalam rumah tanggaku. Aku ingin hidup damai tanpa diusik orang yang hanya akan menghacurkan rumah tanggaku. Aku ingin agar istriku tidak menaruh kecurigaan yang parah seperti itu padaku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DEMI KEUTUHAN (41)

Setelah
PERNIKAHAN kami dilaksanakan, memang kutemuilah bahwa tidak akan ada wanita secocok dia untuk menjadi istriku. Tidak akan ada selain dari pada LEN. Aku benar benar telah menemukan kedamaian di rumah tangga kami. Dia benar benar telah diciptakan Tuhan hanya untukku. Semua masa lalu hanya menjadi cerita yang membuat duri dalam hidup kami. Satu minggu setelah pernikahanku dengan LEN, tiba tiba Mery datang padaku. Dia datang dengan urusan bisnis. Tapi itu hanya menurut omongannya saja. Kalau tujuannya yang paling benar, tentu dialah yang paling tahu. Tapi ketika terjadi pertemuan dagang kami berikutnya, LEN rupanya tidak setuju dengan pertemuan itu. Apapun alasannya, apapun tujuannya. Saya sebagai seorang suami tentu harus mengalah atas beberapa alasan. Alasannya karena aku pernah menjalin hubungan cinta dengan Mery. Istriku LEN pernah memergoki aku dan Mery sedang bersama sama. Len pernah hampir merasa benci padaku ketika kami masih berpacaran. Tapi saya mengatakan yang sebenarnya, bahwa aku hanya mencintai LEN. Tapi hari ini, belakangan ini Mery datang atas alasan dagang dan istriku tidak menerima. Aku mengerti. Aku sangat mengerti. Jadi demi hubungan baikku dengan istriku, kukatakan apa sebenarnya yang terjadi pada Mery. Kukatakan agar kami tidak usah berhubungan dengannya dengan alasan apapun. Di satu sisi saya sangat malu. Dia datang dengan alasan dagang, tapi aku menolak dengan alasan istriku tidak setuju. Aku mengatakan bahwa istriku tidak senang melihatku dengan Mery dengan alasan dan tujuan apapun. Tapi meski malu, saya sudah melakukannya demi istriku. Akupun sadar betapa ia membenci Mery. Karena itu aku pernah seperti mengusir Mery. Begitulah yang terjadi di dalam rumah tanggaku. Tapi aku yakin memang ini merupakan jalan yang lebih baik, yang sepatutnya kami lalui bersama. Tak lama kemudian, Merypun menemukan jodohnya. Ia akhirnya menikah dengan seorang Jerman. Sejak itu saya tak lagi melihatnya. Memang lebih baik begitu. Aku juga tak menyukai Mery. Tapi yang membuat aku menerima Mery untuk berbicara hanya karena uang. Tapi seperti kukatakan sebelumnya, istriku tidak menerima dengan alasan apapun. Jadi aku menurut saja. Kulakukan apa yang diinginkan istriku. Demi keutuhan cinta dan perkawinan kami.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you